Minggu, 15 November 2015

PAPUA: Akses Media Asing Dan LSM HAM Dibatasi, Konflik Lahan Sulit Diawasi

PAPUA: Akses Media Asing dan LSM HAM Dibatasi, Konflik Lahan Sulit DiawasiJAKARTA—Perebutan tanah terkait dengan ekspansi bisnis di Papua akan sulit diawasi karena pembatasan akses terhadap media asing maupun lembaga swadaya masyarakat yang bekerja untuk memantau masalah hak asasi manusia (HAM) di wilayah tersebut.

Hal itu mencuat dalam diskusi  riset terbaru Human Rights Watch (HRW) berjudul Something to Hide? Indonesia's Restriction on Media Freedom and Rights Monitoring in Papua yang diluncurkan Rabu (11/11).

Pada Mei lalu, Presiden Joko Widodo menyatakan pemerintah akan menghentikan pembatasan wartawan asing meliput Papua dan Papua Barat serta organisasi sipil internasional, namun hingga kini hal itu tak terjadi.

Wartawan senior Atmakusumah Astraatmadja mengatakan pembatasan akses terhadap wartawan maupun organisasi asing berkaitan dengan dugaan kepentingan ekonomi. Kepentingan ekonomi itu, paparnya, bisa berasal dari siapa saja.

“Pembatasan itu berkaitan dengan apa yang disembunyikan sebenarnya? Ada kepentingan ekonomi, apakah itu berasal dari polisi, TNI, pimpinan di tingkat lokal maupun nasional,” kata Atmakusumah dalam keterangannya yang dikutip Bisnis.com, Kamis (12/11/2015).
Dia menuturkan membungkam Papua hanya akan menempatkan wilayah itu pada posisi yang tetap terisolasi dari Indonesia. Atmakusumah mengatakan pola pikir sebagian pejabat masih sama dengan Orde Baru terkait Papua.

Salah satu temuan HRW dalam riset itu adalah melakukan liputan  korupsi dan perebutan lahan di Papua akan menjadi lebih berbahaya dibandingkan dengan daerah lainnya.
Sehingga, demikian riset itu, wartawan di Papua sering menyensor diri sendiri dalam liputan yang dinilai peka agar terhindar masalah.
"Suasana penuh ketakutan dan ketidakpercayaan ini dipersulit lagi oleh tindakan aparat keamanan yang sering memakai dan membayar wartawan untuk menjadi informan," kata Phelim Kine, Deputi Direktur Asia HRW.

Dia memaparkan bahkan pemerintah menugaskan agen rahasia menyamar sebagai wartawan di pelbagai ruang redaksi. Tujuannya, untuk meminimalisir liputan negatif dan membuat maksimal pemberitaan positif soal Papua.

http://kabar24.bisnis.com

Kamis, 25 Juni 2015

Cacing Mirip 'Alien' Asal Papua Menginvasi Amerika

Cacing Platydemus manokwari (Courtesy of Pierre Gros. CC BY 4.0)Paris - Ini bukan adegan dalam film fiksi ilmiah seperti 'Men in Black', melainkan kejadian nyata: cacing aneh mirip alien yang mulutnya ada di perut bagian tengah, tak hanya 'menginvasi' Eropa, ia juga ditemukan untuk kali pertamanya di Amerika Serikat.

Cacing pipih New Guinea (Platydemus manokwari) tebalnya hanya beberapa milimeter, namun, panjangnya bisa mencapai 2,5 inchi atau 65 milimeter.

Dari namanya, makhluk itu aslinya berasal dari New Guinea atau Papua. "New Guinea" (Nueva Guinea) adalah julukan yang diberikan penjelajah Spanyol, Ynigo Ortiz de Retez, yang pada tahun 1545 mencatat kemiripan orang-orang Papua dengan penduduk sepanjang pesisir Guinea, Afrika.

Platydemus manokwari menyebar ke seluruh dunia dengan cara menumpang di sejumlah tanaman eksotis, juga di tanah. Cacing itu membungkus diri di sekitar cangkang siput dan mencerna isinya menggunakan struktur mirip mulut di bagian bawahnya.

Sebagai spesies yang invasif, keberadaan cacing tersebut menjadi ancaman siput asli.

"Saking mengancamnya, Species Specialist Group dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan Platydemus manokwari ke dalam daftar 10 spesies paling invasif di dunia," di kutip dari situs sains LiveScience, Rabu (24/6/2015).

Cacing pipih tersebut sebelumnya dilaporkan keberadaannya di alam liar di 15 negara, juga di greenhouse atau rumah kaca di Prancis. Namun, ini adalah kali pertamanya hewan itu diketahui keberadaannya di Amerika Utara.
Kelompok peneliti multinasional, yang dipimpin ilmuwan dari Museum National d'Histoire Naturelle atau museum sejarah alam di Prancis menyisir spesimen cacing pipih dan foto-foto yang diambil penduduk lokal di seluruh dunia.

Dari sana, para peneliti menemukan, P. manokwari muncul di 5 negara dan wilayah yang sebelumnya bebas dari makhluk itu: Kaledonia Baru, kepulauan kecil di barat daya Pasifik, Singapura, Kepulauan Solomon, Puerto Rico, dan Florida.

Pengenalan spesies itu, dalam banyak kasus, baru. Misalnya, cacing tersebut mungkin tiba di Florida pada atau sekitar 2012, demikian dilaporkan para peneliti di jurnal open-access, PeerJ. Sejak itu, hewan tersebut diduga beradaptasi dengan sendirinya dan bisa ditemukan di banyak tempat di Miami hingga Dade County.

Di Puerto Rico, cacing itu muncul di ibukota San Juan pada 2014. Temuan pertama Platydemus manokwari di Kepulauan Solomon juga terjadi pada 2014, di Guadalcanal.

Para peneliti juga menemukan 2 kelompok genetika dari cacing tersebut atau haplotype -- yang secara fisik tak bisa dikenali kecuali pada tingkat kode genetik.

Pertama adalah 'Australian haplotype' yang hanya ditemukan di Australia dan Kepulauan Solomon. Sementara, 'World haplotype' ditemukan di Prancis, Kaledonia Baru,  Polinesia Prancis, Singapura, Kepulauan Solomon dan Puerto Rico. Juga di Florida, Amerika Serikat.

Temuan cacing pipih di AS sangat mengkhawatirkan. Sebab, hewan jenis itu biasanya terisolasi di pulau-pulau kecil. Dari Florida, P. Manokwari bisa dengan mudah menyebar ke seluruh Amerika Serikat dan Benua Amerika secara keseluruhan.
(Ein/Tnt)

Senin, 15 Juni 2015

ADA WAJAH ORANG DI BALIK AIR TERJUN CYCLOOP SENTANI

 Wajah Orang DIbalik Air Terjun Cycloop (Foto: Whens Tebay)
Ini Link situs online yang memuat tentang ADA WAJAH ORANG DI BALIK AIR TERJUN CYCLOOP SENTANI dari #papuansphoto

1. https://papuansphoto.wordpress.com/2015/06/07/ada-wajah-orang-di-balik-air-terjun-cycloop-sentani/
2. http://tabloidjubi.com/2015/06/12/ada-wajah-manusia-dibalik-air-terjun-cycloop-sentani/
3. http://www.tapanews.com/2015/06/06/ada-wajah-orang-di-balik-air-terjun-cycloop-sentani/
4. http://www.papua.us/2015/06/sosok-wajah-di-air-terjun-gunung.html

Simpalak, Buah Dari Papua Pengusir Tikus


Buah Simpalak Solo – Sepanjang kawasan Car Free Day (CFD) jalan Slamet Riyadi Solo banyak barang yang dijajakan, mulai pakaian, makanan, minuman, barang elektronik dan sebagainya.
Diantara barang dijajakan itu ada barang termasuk baru dan belum banyak dikenal oleh masyarakat kota Solo.
Barang itu yakni buah Simpalak.
“Buah Simpalak ini berguna untuk mengusir tikus,” ujar Wulan, penjual buah Simpalak Minggu (14/6).

Wulan mengatakan, Buah Simpalak berasal dari Papua. Buahnya bulat lonjong, berwarna coklat bergaris-garis putih tak beraturan.
“Menurut penelitian mengandung asam milotat. Asam milotat mengeluarkan bau yang tidak dimaui tikus,” ungkapnya.
Wulan mengatakan, dirinya menjual buah Simpalak, tiga biji Rp 10.000,-. Untuk mendapatkan, buah itu didatangkan dari Papua melalui Semarang.
“Dan saya jual di CFD, baru pertama kali,” ungkapnya.

 http://www.timlo.net/