JAKARTA - Di Malaysia pengolahan sagu sudah sangat
canggih jika dibandingkan dengan Indonesia. Di mana, sagu diproduksi
lebih canggih menjadi bio industri di Malaysia. Sedangkan di Indonesia
masih diproduksi tradisional.
"Sagu punya nilai kedaerahan klaim sagu di bumi Papua, tapi hanya
dikembangkan tradisional. belum skala industri," kata Guru Besar
Universitas Indonesia (UI) Fakultas Sosial Politik, Bambang lumaksono
saat diskusi "Pekerjaan Rumah Menteri Pertanian era Jokowi-JK" di Warung
Daun, Cikini, Jakarta, Minggu (2/11/2014).
Bambang mengatakan, dengan potensi pangan nasional yang besar dan belum mampu dimaksimalkan oleh Indonesia sendiri. Dirinya pun menuturkan bahwa pangan nasional tidak selalu mengenai beras.
"Indonesia bisa kasih diversifikasi pangan tidak memberaskan masyarakat Indonesia, tapi konsumsi bahan baku lokal," tambahnya.
Menurut Bambang, pangan nasional mampu memecahkan permasalahan jangka pendek soal kesejahteraan masyarakat. Namun, adanya konversi lahan yang besar di pulau Jawa masih menjadi pekerjaan rumah pemerintahan baru. Pasalnya, di luar Jawa sendiri pemerintah hanya mengandalkan perkebunan yang hasilnya hanya bisa diekspor, seperti coklat, karet.
Selain itu, visi misi Presiden Jokowi yang berkeinginan mengembangkan sektor kemaritiman Indonesia juga harus benar-benar dimaksimalkan. Seperti rumput laut dan ikan yang harus diberdayakan berkelanjutan.
"Energi dari ganggang klorofil intinya simbol2 pangan dari laut 10-25 tahun ke depan. Lalu produksi pertanian yang punya nilai budaya simbol, kedua berironetasi pangan untuk ekspor dan konsumsi dalam negeri dan ketiga pangan bersumber dari bumi maritim," tukas dia.
"Sagu punya nilai kedaerahan klaim sagu di bumi Papua, tapi hanya
dikembangkan tradisional. belum skala industri," kata Guru Besar
Universitas Indonesia (UI) Fakultas Sosial Politik, Bambang lumaksono
saat diskusi "Pekerjaan Rumah Menteri Pertanian era Jokowi-JK" di Warung
Daun, Cikini, Jakarta, Minggu (2/11/2014).Bambang mengatakan, dengan potensi pangan nasional yang besar dan belum mampu dimaksimalkan oleh Indonesia sendiri. Dirinya pun menuturkan bahwa pangan nasional tidak selalu mengenai beras.
"Indonesia bisa kasih diversifikasi pangan tidak memberaskan masyarakat Indonesia, tapi konsumsi bahan baku lokal," tambahnya.
Menurut Bambang, pangan nasional mampu memecahkan permasalahan jangka pendek soal kesejahteraan masyarakat. Namun, adanya konversi lahan yang besar di pulau Jawa masih menjadi pekerjaan rumah pemerintahan baru. Pasalnya, di luar Jawa sendiri pemerintah hanya mengandalkan perkebunan yang hasilnya hanya bisa diekspor, seperti coklat, karet.
Selain itu, visi misi Presiden Jokowi yang berkeinginan mengembangkan sektor kemaritiman Indonesia juga harus benar-benar dimaksimalkan. Seperti rumput laut dan ikan yang harus diberdayakan berkelanjutan.
"Energi dari ganggang klorofil intinya simbol2 pangan dari laut 10-25 tahun ke depan. Lalu produksi pertanian yang punya nilai budaya simbol, kedua berironetasi pangan untuk ekspor dan konsumsi dalam negeri dan ketiga pangan bersumber dari bumi maritim," tukas dia.
(rzy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar