Kamis, 09 Oktober 2014

Indonesia i spai long ol West Papua pipal ino nupla samting



Wanpla politikal ektivist itok despla kaen pasin ibin stat long ol yia 1960's.
Wanpla politikal ektivist blong West Papua hia long Australia itok emi no kirap nogut long ol toktok emi kamap olsem ol sumatin blong Indonesia isave mekim ol wok hait oa spai long ol t Papua pipal.

Ronnie Kareni, i mekim despla toktok bihaen long ABC lateline program  ibin tokaut olsem ol sumatin blong Indonesia iwok long kisim toktok na ol photo blong ol West Papua pipal na salim igo bek long gavman blong Indonesia.

Mr Kareni itok tu olsem, Indonesia iwok long mekim ol despla wok spai long wonem ol toktok na awenes long ol wari long wok politik long West Papua nau iwok long kamap strong.
Indonesia ibin kisim nating West Papua long long ol yia 1960's bihaenim wanpla vout we liklik laen tasol ibin stap insaet long en.
Stat long despla taem ikam inap nau planti pipal long west Papua iwok long fait long bruk lusim Indonesia long wonem oli tok oli pipal blong Melansia, wankaen olsem ol pipal blong New Caledonia, PNG, Fiji, Solomon Islands na Vanuatu.

http://www.radioaustralia.net.au/

Kamis, 02 Oktober 2014

10 Bahasa Ibu di Papua Terancam Punah

Add caption
Jayapura - Sedikitnya 10 bahasa ibu di Papua terancam punah akibat makin sedikitnya masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut.
Demikian antara lain disampaikan Gubernur Papua, Lukas Enembe, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten III Sekda Papua, Rosdiana Upessy pada pembukaan lokakarya laporan akhir fase studi perencanaan strategis pendidikan dasar di pedesaan dan daerah terpencil di Tanah Papua di Jayapura, Rabu (1/10).

Dikatakan, dari hasil pemetaan yang dilakukan Summer Institute of Linguistic (SIL) International dan Yayasan Abdi Nusantara Papua terungkap di Tanah Papua terdapat 275 bahasa.
Bahasa itu, kata Gubernur Enembe, harus dilestarikan karena jika tidak maka dapat terancam punah.
"Bahkan dari hasil studi yang dilakukan Education Sector Analytical and Capacity Development Patnership (ACDP) terungkap anak-anak di Papua khususnya anak-anak di kelas awal (1,2, dan 3) lebih senang bila guru mengajar dengan menggunakan bahasa ibu karena lebih mudah dimengerti," katanya.

Gubernur Papua pada kesempatan itu juga mengakui, di Papua khususnya hingga kini masih mengalami kekurangan tenaga guru terutama guru di Sekolah Dasar (SD), sementara di satu sisi guru lebih banyak menumpuk di kota.

Padahal tanpa kehadiran guru di kelas, anak-anak tidak akan dapat membaca, menulis, dan berhitung dengan terampil sehingga pengiriman guru ke pedalaman tidak bisa ditunda lagi.

"Dinas Pendidikan dan Kebudayaan harus memberikan perhatian khusus tentang kenaikan pangkat para guru dan perlunya dilakukan sistem mutasi-rotasi guru secara berkala, termasuk mutu layanan gaji dan tunjangan lainnya serta pemenuhan sembilan bahan pokok," kata Lukas Enembe.
Ia juga menambahkan dari data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan terungkap dari 11.461 orang guru, baru 1.224 orang yang berkualifikasi sarjana (S1).

Lokakarya yang berlangsung sehari itu menghadirkan guru dan peneliti dari negara donor seperti Martijn van Driel berkebangsaan Belanda yang mengajar SD di Wamena.
Penulis: /EPR

Voices from Oceania to speak out on climate change

Press Release – Caritas Aotearoa

Voices from Oceania to speak out on climate change at launch of Pacific environment reportVoices from Oceania to speak out on climate change at launch of Pacific environment report
Rising sea levels, fragile food and water supplies, contamination of soil and increasingly severe weather patterns are just some of the effects of climate change described by Pacific Island peoples in a Caritas Aotearoa New Zealand report to be launched on Saturday in South Auckland.
The report, Small yet strong: Voices from Oceania on the environment, draws from interviews conducted by Caritas with people across Oceania at grass roots and coastal edge level on the environmental challenges they face. It explores what people are experiencing, how they are responding and what they want to happen.
Keynote speakers at the launch include Amelia Ma’afu, Programmes Coordinator and Climate Change Officer for Caritas Tonga, who will speak about effects of climate change in Tonga, as well as an innovative climate change adaptation programme in the country that combines traditional local knowledge with scientific observations.
A second keynote speaker, Tihikura Hohaia, will detail how the Parihaka community in Taranaki struggles to exercise its kaitiakitanga (environmental guardianship) to protect traditional food sources and waterways from resource management decisions. And a panel will include speakers from Solomon Islands, West Papua and Avondale in Auckland.
“This report gives a voice to those affected by environmental changes in Oceania, and looks at how people are responding to those challenges and what solutions are needed,” says Caritas Director Julianne Hickey.

Bergarbeiter blockierten riesige Mine in Indonesien

Jakarta (APA/AFP) - Nach einem Unfall mit vier Toten haben Bergarbeiter die Grasberg-Mine im indonesischen West-Papua blockiert. Rund 2.000 Demonstranten versammelten sich am Mittwoch vor dem Eingang zur Mine und verlangten von der Geschäftsführung, besser für ihre Sicherheit zu sorgen.

Am Samstag waren vier Bergarbeiter beim Zusammenstoß eines Riesen-Lkw mit einem Auto gestorben. Erst im Mai 2013 waren beim Einsturz eines Bergwerktunnels 28 Menschen in der Grasberg-Mine ums Leben gekommen. Grasberg ist die größte Mine Indonesiens. Es werden Steinkohle, Nickel und Zinn gefördert. Betreiber ist das US-Unternehmen Freeport McMoran. Mehr als 24.000 Bergleute arbeiten dort.

http://www.tt.com/