Rabu, 28 Januari 2015

DANAU PANIAI

Danau Paniai merupakan danau yang sangat indah, dengan pemandangan alam yang masih alami sehingga tidak mengeherankan bila keindahan danau ini diakui oleh utusan dari 157 negara yang ikut dalam konferensi danau se-dunia yang diadakan pada tahun 2007 lalu di India. Danau ini terletak di Kabupaten Paniai, Propinsi Papua.
Danau ini memiliki luas 14.500 hektar yang berada pada ketinggian 1.700 meter dpl sehingga membuat kawasan danau Paniai ini memiliki udara yang sejuk dan pemandangan alam yang begitu indah, perpaduan antara keindahan danau dengan dataran tinggi dan bukit - bukit yang mengelilinginya. Di sekitar danau ini juga merupakan tempat bermukim suku asli Papua yaitu suku Mee dan suku Moni. Satu lagi perpaduan yang sangat menarik antara keindahan alam dan ke-eksotis-an budaya Papua.
 
Awal mulanya danau Paniai ini beserta dua danau tetangganya yang bernama danau Tigi dan danau Tage dinamakan Wissel Meeren. Dinamakan demikian karena danau ini pertama kali ditemukan oleh seorang pilot berkebangsaan Belanda yang tanpa sengaja melintasi danau ini pada tahun 1938 bernama Meeren. Arti kata Wissel Meeren dalam bahasa Belanda sendiri adalah danau-danau Meeren.  

Disini pengunjung bisa menikmati danau ini dengan beberapa aktivitas antara lain memancing ataupun menyewa perahu untuk mengelilingi danau tersebut.
Meskipun berada di ketinggian 1.700 mdpl, danau Paniai memiliki beberapa jenis ikan air tawar seperti ikan nila, mujair, ikan mas, ikan belut, ikan sembilan hitam dan bila beruntung pengunjung bisa menjumpai ikan pelangi yang bernilai ekonomis tinggi karena bentuknya yang indah. Disamping ikan, yang tak kalah unik adalah adanya jenis udang yang bernama udang selingkuh. Disebut demikian karena udang ini memiliki capit yang berukuran besar seperti kepiting (selingkuh sama kepiting kalee). Sampai sekarang pun udang jenis ini banyak diburu karena merupakan kuliner wajib bagi wisatawan yang berkunjung kesini.
 
Untuk fasilitas, terdapat pos jaga, pemandu wisata, persewaan perahu, persewaan peralatan memancing dan warung - warung kecil. Untuk akomodasi di danau ini, pengunjung bisa menyewa rumah - rumah penduduk yang ada disekitar danau. 
Untuk menuju lokasi danau, pengunjung bisa menggunakan mobil jenis Mitsubishi Strada dari kota Enarotali, Ibu Kota Kabupaten Paniai menuju lokasi karena jalan yang menanjak dan berkelok-kelok atau lewat jalur udara dengan menggunakan pesawat jenis cessna yang bisa mendarat di dataran tinggi dan landasan tanah.
 
 
Berikut adalah foto-foto Danau Paniai:
 
 
 
 
 
 

Sabtu, 13 Desember 2014

In Pictures: Traditions under threat in Papua

Indonesian province of West Papua, rich in human and natural resources, is struggling against poverty and big business. 

West Papua, Indonesia - With a population of four million people, 252 tribes and 307 languages, this easternmost province is rich in natural and human resources.
But it is also the most underdeveloped with the highest poverty level and the lowest education rate in the country. It is also the most politically sensitive place in Indonesia - a nation of 250 million people.
West Papua chose to be a part of Indonesia in a 1969 referendum on independence. But some Papuans refused to recognise the result of the referendum, which they say was the unanimous choice of elders handpicked by the Indonesian military. They have been rebelling against Indonesian rule ever since.
The story of West Papua, to this day, is heavily coloured in human rights violations committed by the Indonauesian armed forces.
West Papua contains some of the last great tracts of undisturbed rainforest in the Asia-Pacific region, an estimated 33 million hectares in 1997. But that number has dropped dramatically since then. The central government plans to massively expand palm oil plantations in West Papua. This means also converting community forests, which are the source of livelihood for many locals.
To improve the situation in Papua, the central government granted the province a special autonomy status in 2001. This authorises local administrations to manage their own areas with little intervention from the central government, and grants special autonomy funds, which some say rarely benefit people because of corruption
 
   

 

 
 

 


 
 
 
 Photo All: /Syarina Hasibuan/Al Jazeera


Senin, 03 November 2014

UGM Cari Guru untuk di Papua

JAKARTA - Universitas Gadjah Mada (UGM) mencari 60 guru untuk ditempatkan di Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua. Kegiatan ini merupakan program Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerjasama (PPKK) Fisipol UGM dengan Pokja Papua UGM Yogyakarta.

UGM Cari Guru untuk di PapuaKepala PPKK FISIPOL UGM, Drs Bambang Purwoko, menjelaskan, sarjana kependidikan maupun non-kependidikan dari berbagai bidang dapat melamar program guru perintis ini. Jika lulus seleksi, akan ditempatkan sebagai pengajar di jenjang PAUD/TK, SD, SMP, dan SMA/SMK.

Menurut Bambang, tahun ini pihaknya membutuhkan guru bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan guru sekolah dasar (PGSD), bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika, fisika, kimia, biologi, ekonomi, komputer/TI, geografi, pendidikan jasmani, kesehatan dan olahraga, seni dan budaya, pertanian (agronomi dan agrobisnis), dan perkebunan.

"Pendaftaran ditutup pada 19 November 2014," ujar Bambang, seperti dikutip dari laman UGM, Minggu (2/11/2014).

Ia menjelaskan, program guru perintis daerah terpencil dimaksudkan meningkatkan ketersediaan guru dan meningkatkan akses pendidikan di Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Sebab, sejak pemekaran pada 2008, guru di daerah ini masih minim.

"Sejak Oktober 2013, sudah 33 guru perintis yang bertugas. Melihat hasil dan manfaat yang terlihat dari program guru perintis 2013, maka kami buka lagi program ini," imbuhnya.
Tertarik melamar? Silakan kirim aplikasi lamaran ke Panitia Rekrutmen Guru Perintis 2014/2015 dengan alamat:

Sekretariat Rekrutmen Guru Perintis 2014/2015

PPKK Fisipol UGM

Jalan Socio Justicia Nomor 2 Bulaksumur

Yogyakarta 55281

Berkas lamaran bisa juga dikirim ke alamat e-mail pokjapapua@ugm.ac.id. Pelamar pun bisa menyimak informasi lengkap tentang program ini di www.pokjapapua.blog.ugm.ac.id.
(rfa)
http://news.okezone.com/

Malaysia Olah Sagu Jadi Bio-Industri, RI Masih Tradisional

JAKARTA - Di Malaysia pengolahan sagu sudah sangat canggih jika dibandingkan dengan Indonesia. Di mana, sagu diproduksi lebih canggih menjadi bio industri di Malaysia. Sedangkan di Indonesia masih diproduksi tradisional.
Malaysia Olah Sagu Jadi Bio-Industri, RI Masih Tradisional"Sagu punya nilai kedaerahan klaim sagu di bumi Papua, tapi hanya dikembangkan tradisional. belum skala industri," kata Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Fakultas Sosial Politik, Bambang lumaksono saat diskusi "Pekerjaan Rumah Menteri Pertanian era Jokowi-JK" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Minggu (2/11/2014).

Bambang mengatakan, dengan potensi pangan nasional yang besar dan belum mampu dimaksimalkan oleh Indonesia sendiri. Dirinya pun menuturkan bahwa pangan nasional tidak selalu mengenai beras.
"Indonesia bisa kasih diversifikasi pangan tidak memberaskan masyarakat Indonesia, tapi konsumsi bahan baku lokal," tambahnya.

Menurut Bambang, pangan nasional mampu memecahkan permasalahan jangka pendek soal kesejahteraan masyarakat. Namun, adanya konversi lahan yang besar di pulau Jawa masih menjadi pekerjaan rumah pemerintahan baru. Pasalnya, di luar Jawa sendiri pemerintah hanya mengandalkan perkebunan yang hasilnya hanya bisa diekspor, seperti coklat, karet.

Selain itu, visi misi Presiden Jokowi yang berkeinginan mengembangkan sektor kemaritiman Indonesia juga harus benar-benar dimaksimalkan. Seperti rumput laut dan ikan yang harus diberdayakan berkelanjutan.

"Energi dari ganggang klorofil intinya simbol2 pangan dari laut 10-25 tahun ke depan. Lalu produksi pertanian yang punya nilai budaya simbol, kedua berironetasi pangan untuk ekspor dan konsumsi dalam negeri dan ketiga pangan bersumber dari bumi maritim," tukas dia.
(rzy)