Senin, 11 Maret 2013

Budidayakan Sagu Bisa Hindari Krisis Pangan di Masa Mendatang

Budidayakan Sagu Bisa Hindari Krisis Pangan di Masa Mendatang

 

Sagu termasuk makanan pokok masyarakat Papua yang perlu dibudidayakan agar tidak lekas punah akibat pengembangan industri dan juga pengembangan wilayah pembangunan. Sagu termasuk pangan lokal yang tahan terhadap hama dan juga belum ditangani secara serius.

Sagu (metroxylon) termasuk tanaman sejenis kelapa yang banyak tumbuh di dataran rendah dan berair atau tanah yang basah. Berbeda dengan kelapa sawit, sagu tak begitu menyerap banyak air. Tumbuhnya pun berkelompok seperti tanaman pohon pisang. Satu rumpun pohon sagu terdiri atas 2 – 3 pohon. Jika pohon sagu sudah besar, menurut penelitian dapat mencapai 120 jenis sagu dan dibagi 2 yang berdiri dan tidak berdiri. Sagu memiliki nilai karbohidrat tinggi. Setiap masyarakat Papua yang tinggal di dataran rendah dan pesisir pantai menjadikannya makanan pokok.

Pohon sagu yang dapat dipanen berusia antara 5 – 10 tahun, namun ada beberapa yang dapat dipanen di usia muda. “Saya kira sudah saatnya budidaya sagu sebab jika tidak akan terjadi krisis pangan di masa depan,”kata I Made Budi peneliti buah merah belum lama ini di Jayapura.

Dia menambahkan saat ini pihaknya sudah melakukan modifikasi peralatan untuk memangkur sagu menjadi tepung sagu.”Alat pangkur sagu yang  kami buat ini sangat fleksibel karena  bisa diangkut  ke lokasi tanaman sagu,”papar Made Budi. Menurutnya alat pangkur sagu ini mampu menghasilkan tujuh sampai delapan tumang dengan 85 persen tepung sagu.” Ampas sagu yang tersisa tinggal meninggalkan patih sagu dan ini terbukti dengan tidak adanya jamur sagu yang tumbuh,”katanya. Berbeda dengan pangkur tradisional kata Made Budi ampas sagu sudah pasti akan ditumbuhi jamur karena masih terdapat tepung sagu yang tersisa sebagai media tumbuhnya jamur.

Setelah mengolah sagu dengan menggunakan alat pangkur sagu , I Made Budi juga membuat mesin press yang mampu mengeringkan sagu menjadi tepung. Menurut I Made Budi, peneliti buah merah ini tepung sagu yang diolahnya bisa digunakan untuk membikin kue dan juga adonan roti.

Sayangnya lanjut peneliti yang juga staf pengajar di Fakultas MIPA jurusan Biologi Unversitas Cenderawasih, Kota Jayapura ini budi daya sagu jarang dilakukan mestinya pemerintah merencanakan program perkebunan sagu di Papua. Memang hutan di Papua masih luas dan tanaman sagu melimpah tetapi kalau dikelola secara baik pasti hasil lebih maksimal dan bermanfaat bagi semua orang.

sumber:tribunnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar