Jumat, 24 Oktober 2014

Stop Tebang Kayu Sowang

JAYAPURA-Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua, Yan Ormuseray menegaskan agar masyarakat tidak lagi melakukan penebangan kayu Sowang. Pasalnya kayu tersebut, kini sudah langka dan sulit ditemukan. Bahkan peneliti dari kebun raya New South Wales menginformasikan bahwa Sowang merupakan tumbuhan endemik pulau Papua dan Papua New Guinea bagian Barat dengan data ilmiah yang sangat terbatas.
   


 “Harus kami ingatkan lagi sebab saat ini masih ada oknum masyarakat yang tebang pohon di kawasan penyangga dan mengambil kayu soang di cagar alam Cycloop, padahal ini berdampak besar terhadap sehidupan masyarakat di kota dan sekitarnya,”kata Ormuseray di sela-sela pelatihan di Kampung Tobati, Distrik Jayapura Selatan, Kamis (23/10).
     
Diakui, dampak dari pembangunan membuat banyak lahan hutan tergerus dan mengurangi daerah kawasan hutan, namun tidak harus merusak hutan.
 
Ormuseray mencontohkan, pembangunan jalan arteri yang mau tidak mau mengambil bentangan yang mencapai ratusan meter dari garis tengah di mana sama artinya ada sejumlah pohon sepanjang jalan tersebut yang ikut ditebang. Kualitas kayu Sowang masuk dalam kategori kayu yang tahan terhadap penggerek kayu di laut. Secara komersial, kayu Sowang diperjualbelikan dalam bentuk kayu teras serta dalam bentuk arang.
    
 Daerah habitat tumbuhan kayu  Sowang di Jayapura adalah pegunungan Cycloop, tapi Sowang tumbuh tidak merata di pegunungan Cycloop melainkan hanya tumbuh di sisi Barat, Selatan sampai Timur pegunungan Cycloop.
     
Dulunya menurut Ormuseray, kayu jenis ini masih banyak ditemukan namun seiring kebutuhan pembangunan tak sedikit kayu tersebut ditebang meski masih muda. Kayu Sowang saat ini lebih banyak dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat mulai kegiatan ritual, pembuatan senjata tradisional, perkakas rumah, tiang pagar, tiang rumah, termasuk kayu bakar dalam bentuk arang. Bagi nelayan yang bertempat tinggal di tepi pantai, kayu Sowang digunakan sebagai tiang-tiang penyangga rumah.  “Harus kami akui lahan kritis di Papua terus bertambah akibat pembukaan lahan dan banyak juga kayu Sowang yang ditebang khususnya di daerah Angkasa.
  
Dirinya berpendapat bahwa dampak pembangunan mau tidak mau akan mempengaruhi pada suhu atau cuaca dan cara yang paling tepat adalah mengembalikan kondisi ini normal melalui penanaman. Pegunungan Cycloop sejak tahun 1987 ditetapkan sebagai cagar alam dengan 22.500 ha dengan habitat tumbuhan Sowang berada di dataran rendah dengan ketinggian 15 – 450 m dpl, oleh karena itu, tumbuhan Sowang banyak dijumpai pada kaki pegunungan Cycloop, atau daerah yang tidak termasuk wilayah cagar alam.
     
Habitat Sowang ini kemudian menyusut luasannya karena konversi lahan dan eksploitasi hasil hutan, selebihnya masih dalam bentuk hutan adat yang dikuasai oleh masyarakat suku setempat. (ade/tho)

http://www.cenderawasihpos.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar